Busana Pesta

Busana pesta adalah busana yang dipakai untuk menghadiri suatu pesta. Dalam memilih busana pesta hendaklah dipertimbangkan kapan pesta itu diadakan, apakah
pestanya pagi, siang, sore ataupun malam, karena perbedaan waktu juga mempengaruhi  model, bahan dan warna yang akan ditampilkan. Selain itu juga perlu diperhatikan jenis
pestanya, apakah pesta perkawinan, pesta dansa, pesta perpisahan atau pesta lainnya. Hai ini juga menuntut kita untuk memakai busana sesuai dengan jenis pesta tersebut.Misalnya pesta adat, maka busana yang kita pakai adalah busana adat yang telah ditentukanmasyarakat setempat. Jika pestanya bukan pesta adat, kita boleh bebas memilih busana yang dipakai. Walaupun demikian ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
a)  Pilihlah  desain  yang menarik dan mewah supaya mencerminkan suasana pesta.
b)  Pilihlah bahan busana yang memberikan kesan mewah dan pantas untuk dipakai kepesta, misalnya : sutra, taf, beludru dan sejenisnya.
         Tetapi kita harus menyesuaikan dengan jenis p estanya, apakah pesta ulang tahun, pesta perkawinan dan sebagainya. Disamping itu juga disesuaikan dengan tempat pesta dan waktu pestanya. Untuk pesta pada siang hari hindari gaun yang berkilauan dan sentuhan gliter.
2. Desain Busana pesta
3. Memotong bahan busana pesta
    a. Menyiapkan tempat kerja
Menyiapkan tempat kerja  untuk memotong bahan  berbeda dengan tempat kerja menjahit dengan  tangan ataupun dengan  mesin. Suatu tempat kerja yang diatur teliti dengan mengingat tertib kerja dan rasa keindahan, akan menyebabkan siswa/pekerja yang sedang melakukan kegiatan memotong bahan  akan  bekerja dengan  perasaan  senang. Tempat kerja  yang  dimaksud adalah yang  ergonomik dengan kata lain tempat  kerja yang sesuai dengan kebutuhan. 
Alat seperti meja potong, bahan/kain yang akan dipotong dan alat-alat potong lainnya yang diperlukan disusun sesuai dengan urutan proses kerja dalam menyelesaikan suatu  potongan.  Fasilitas yang harus disediakan adalah :  Ruang kerja untuk memotong bahan, almari tempat bahan dan tempat alat potong serta tempat khusus untuk menyimpan bahan yang telah dipotong dan yang tidak kalah pentingnya adalah tempat sampah/tempat sisa-sisa potongan. 
Memotong  bahan  dengan  menggunakan  mesin potong membutuhkan  tempat kerja yang  berbeda dengan memotong  bahan menggunakan  gunting biasa yang dilakukan  secara manual. Memotong bahan  dengan gunting  biasa tempat yang dibutuhkan  cukup dengan menggunakan  meja potong yang sederhana.  Sedangkan untuk memotong bahan dengan mesin  potong  tempatnya disesuaikan dengan jenis dan besarnya mesin potong yang dipakai. Biasanya meja yang digunakan untuk memotong bahan pada produksi massal adalah:
1.  Meja dengan ukuran yang lebih besar. Lebarnya  minimal 1,5 m dan panjangya minimal  3  m sesuai dengan besar kecilnya kapasitas produksi. 
2.  Gunting khusus untuk konveksi (round knife, band knife, double knife, straight knife).
Tempat potong untuk perorangan lebih sederhana dari pada untuk memotong secara massal. Meja potong untuk perorangan cukup dengan meja berukuran 2 m x 0,8 m.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penerapan tempat kerja yang sesuai dengan konsep budaya kerja, diantaranya:
1. Tempat kerja menjadi lebih teratur dan efisien, sehingga bila ingin melakukan diversifikasi produk lebih mudah. 
2. Tempat kerja, mesin-mesin dan peralatan yang teratur dan bersih  siswa/pekerja akan termotivasi untuk datang ketempat  kerja, sehingga ketidak hadiran dapat dikurangi .
3. Tempat kerja yang terorganisir dan bersih akan lebih meningkatkan semangat kerja siswa untuk menghasilkan produk yang baik.
4.  Tempat kerja yang teratur secara rapih dan bersih akan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan di tempat kerja, dapat menghasilkan proses pemotongan bahan yang tepat waktu



      b. Menyiapkan bahan
1) Memilih bahan
             Pembelian kain yang sesuai dengan kebutuhan akan menghindarkan dari kelambatan dalam pemotongan. Pada waktu pembelian kain, spesifikasi mutu kain harus dinyatakan dengan jelas.  Spesifikasi mutu kain tersebut antara lain
adalah :
a)  Dimensi, meliputi ukuran panjang, lebar, berat dan mungkin tebal kain, termasuk toleransinya.
b)  Jumlah dan jenis cacat yang diperbolehkan tiap unit, termasuk cara penilaiannya dan lembaga penilai yang ditunjuk jika terjadi perbedaan pendapat.   
c)  Rincian konstruksi dan sifat kain yang diminta, didasarkan pada laporan uji .
Di samping hal di atas, keserasian antara bahan dengan desain busana sangat perlu diperhatikan. Siluet pakaian  menjadi pertimbangan  sebelum kita memilih bahan, apakah sesuai untuk desain pakaian berkerut, berlipit atau mengembang. Caranya, bahan digantungkan memanjang dengan dilipit-lipit untuk memperhatikan jatuhnya, begitu pula untuk memperhatikan kasar halusnya kita raba dan beratnya kita timang apakah syarat-syarat pada desain telah terpenuhi.
Permukaan bahan (tekstur) ada empat karakter:
1) Bila dilihat dari efek pantulan cahaya dari bahan misalnya berkilau atau  kusam;
2)  Jika diraba terasa kasar  atau halus;
3)  Kalau dipegang terasa berat, ringan, tipis  dan kaku;
4 ) Kesan pada penglihatan adalah mewah atau sederhana.
    Setiap tekstur mempunyai pengaruh terhadap penampilan suatu busana dan bentuk badan sipemakai, bahan yang berat atau tebal akan menambah bentuk. Bahan yang berkilau akan menambah besar dari pada bahan tenunan yang permukaan kusam, Bahan tekstil yang bercorak atau bermotif juga akan ikut berperan membentuk kesan tertentu pada busana atau sipemakainya. Untuk itu dalam menyiapkan bahan perlu disesuaikan dengan
desain, bentuk tubuh, usia, jenis pakaian serta kesempatan sipemakai.
2)  Memeriksa Bahan
Memeriksa bahan sebelum dibeli sangat perlu dilakukan. Biasanya untuk memastikan sifat kain perlu dilakukan pengujian. Uji-uji yang dilakukan disesuaikan dengan tujuan pemakainya, beberapa pengujian kain yang umum dan biasa dilakukan antara lain adalah :
a. Warna, kesesuaian warna dan tahan luntur warna terhadap pencucian, keringat, gosokan, sinar matahari, terhadap penyetrikaan, gas tertentu dan air laut.
b.  Kestabilan dimensi  kain dalam pencucian
c. Ketahanan kusut dan sifat langsai (drape) termasuk sifat kain yang tidak memerlukan penyetrikaan setelah pencucian (sifat durable press). 
d.  Kekuatan tarik, sobek dan jebol.
e.  Tahan gesekan dan pilling, terutama untuk serat sintetik
f.  Sifat nyala api, sebelum atau sesudah beberapa kali pencucian.
g.  Lengkungan dan kemiringan benang pada kain.
h.  Penyerapan atau tolak air  kain sesuai penggunaan. 
            Disamping memeriksa bahan sebelum membeli, juga diperlukan memeriksa bahan sebelum dipotong , terlebih terhadap kain yang dibeli dalam bentuk kayu/gulung. Disamping itu juga sangat diperlukan memeriksa  bahan dengan mempertimbangkan segi
ekonomis dan psikologisnya, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : 
a.  Kesesuaian bahan dengan desain.
b.  Berapa ukuran bahan agar bisa dibuat  rancangan bahan atau marker, sesuai dengan ukuran bahan.
c.   Pemeriksaan cacat kain, baik cacat  bahan, cacat warna atau pun cacat printing, maka yang cacat supaya ditandai dan dihindari waktu menyusun pola perseorangan.
d.  Apakah bahannya menyusut, kalau menyusut direndam terlebih dahulu agar nanti setelah dipakai dan dicuci ukuran tidak berubah atau bajunya tidak sempit.
e.  Apakah bahan yang ada sesuai dengan kesempatan sipemakai, sesuai dengan usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, warna kulit dan lain sebagainya.
f.  Produksi massal supaya ditandai atau bila perlu dipotong agar tidak masuk kedalam penggelaran bahan.
g.  Penggelaran bahan–bahan dilakukan panjangnya berdasarkan marker.
     c. Meletakan pola diatas bahan
        1)   Rancangan bahan
 Merancang bahan adalah memperkirakan banyaknya bahan yang dibutuhkan pada proses pemotongan. Rancangan bahan diperlukan sebagai pedoman ketika memotong bahan. 
Cara membuat rancangan bahan yaitu:
a)  Buat semua bagian-bagian pola yang telah dirobah menurut desain serta bagian-bagian yang digunakan sebagai lapisan dalam ukuran tertentu seperti ukuran skala 1:4. 
b) Sediakan kertas yang lebarnya sama dengan lebar kain yang akan digunakan dalam pembuatan pakaian tersebut dalam ukuran skala yang sama dengan skala pola yaitu 1:4.
c)  Kertas pengganti kain dilipat dua menurut  arah panjang kain dan  bagian-bagian pola disusun di atas kertas tersebut. Terlebih dahulu susunlah bagian-bagian pola yang besar baru kemudian pola-pola yang kecil agar lebih efektif dan efisien. 
d)  Hitung berapa banyak kain yang terpakai setelah pola diberi tanda-tanda pola dan kampuh.
          Rancangan bahan diperlukan  sebagai pedoman ketika memotong bahan. Bila rancangan bahan berbentuk  marker yang dipakai untuk memotong bahan dalam jumlah banyak maka, sebelum  diletakkan di atas bahan, panjang  marker dijadikan ukuran untuk menggelar bahan sebanyak jumlah yang akan diproduksi, atau disesuaikan dengan kemampuan alat potong yang digunakan. 
Metoda didalam perencanaan  marker ini dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Menggunakan pola dengan ukuran sebenarnya langsung diatas marker dengan jalan mengatur letak pola-pola agar didapat efisiensi marker yang terbaik.
2)  Menggunakan pola yang diperkecil. Untuk memperkecil pola ini, digunakan peralatan antara lain, pantograph, meja skala dan kamera.
3)  Menggunakan computer yang terintegrasi,
  2)   Merancang Bahan dan Harga
 Merancang bahan dan harga artinya memperkirakan banyaknya keperluan  bahan  serta  biaya yang dibutuhkan untuk  selembar pakaian. Merancang bahan dan harga ada dua cara : 
a)  Dengan menghitung jumlah bahan secara global, kita dapat memperkirakan jumlah bahan yang terpakai atau yang akan digunakan untuk satu desain pakaian.  Caranya dapat dilakukan dengan mengukur panjang  bagian-bagian  pola  pakaian seperti  , panjang blus/gaun,  panjang lengan, panjang rok atau panjang celana dan ditambah kampuh setiap bagian pakaian. Disamping itu kita juga mempertimbangkan lebar kain yang digunakan dan membandingkannya dengan bagian pola yang terlebar dan letak masing-masing pola. Namun perhitungan secara global ini dapat diaplikasikan untuk desain pakaian yang tidak terlalu rumit seperti rok, celana atau blus dengan desain yang sederhana.
 b)  Membuat  rancangan bahan dengan ukuran skala yaitu pola pakaian dibuat  dengan ukuran skala, apakah skala 1;4, 1:2, 1:6 atau 1:8 atau dengan pola ukuran asli/ukuran sebenarnya dan kertas juga dipakai ukuran sebenarnya.  Sesuaikan lebar bahan yang akan dipotong d engan lebar kertas yang dijadikan untuk rancangan bahan/kertas pengganti kain.  Susun pola pakaian di atas kertas pengganti kain seefektif dan seefisien mungkin.
  Tujuan membuat rancangan bahan dan harga
a)  Untuk mengetahui banyak bahan yang dibutuhkan  sesuai desain busana yang akan dibuat.
b)  Untuk  menghindari  kekurangan dan kelebihan bahan.
c)  Sebagai pedoman waktu menggunting agar tidak terjadi kesalahan.
d)  Untuk mengetahui jumlah biaya yang diperlukan.
 Cara membuat rancangan bahan dan harga; 
a)  Buatlah semua bagian–bagian pola yang telah dirobah
b)  menurut  desain dalam ukuran tertentu seperti  ukuran skala 1:4.  Setiap pola dilengkapi dengan tanda–tanda pola yaitu arah serat, tanda lipatan bahan, kampuh dan sebagai nya, dan juga siapkan bagian-bagian pola yang kecil seperti kerah, lapisan–lapisan pakaian termasuk  depun atau serip dan sebagainya; 
c)  Sediakan kertas yang lebarnya sama dengan lebar kain yang akan digunakan dalam pembuatan pakaian tersebut dengan sekala pola
d)  Kertas pengganti kain dilipat dua menurut arah panjang serat, susun dan  tempelkan pola-pola  tersebut di  atas kertas pengganti kain sesuai dengan tanda–tanda pola seperti  tanda arah benang, tanda lipatan kain dan sebagainya, selain itu yang juga perlu diingat   yaitu   susunlah  pola  yang ukurannya paling  besar, setelah itu baru menyusun  bagian–bagian pola yang  lebih kecil dan terakhir menyusun pola yang kecil–kecil, cara ini bisa membuat kita  bekerja  lebih   efisien dan lebih efektif.  Jika   pola yang disusun belum memakai kampuh, ketika menyusun pola harus dipertimbangkan jarak antara masing-masing pola lalu  diberi tanda kampuh pada setiap bagian pola tersebut.  
e)  Jika semua pola telah diletakkan dan telah diberi tanda, ukurlah panjang  bahan yang terpakai, sehingga dapat  ukuran kain yang dibutuhkan/berapa banyak kain yang terpakai.
f)  Hitung juga pelengkap yang dibutuhkan, seperti kain furing, ritsleting, pita/renda, benang, kancing baju, kancing hak dan lain sebagainya (sesuai desain)
g)   Hitunglah berapa banyak uang yang diperlukan untuk membeli bahan dan perlengkapan lainnya dalam pembuatan pakaian tersebut.



Contoh rancangan bahan
Contoh table rancangan harga
      d.  Memotong atau Menggunting Bahan
Memotong atau menggunting bahan dalam pembuatan jas pria ada tiga langkah, antara lain : memotong bahan utama, memotong bahan lining, memotong bahan pemabantu .Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada waktu memotong bahan:
1. Bahan yang akan dipotong dibentangkan di atas meja potong, pola diletakkan di atas kain sesuai dengan rancangan.                                                                                           
2. Jika menggunting bahan dilakukan dengan tangan kanan, maka tangan kiri diletakkan rata diatas bahan  di sebelah bagian bahan yang sedang digunting.
            3.  Sebaiknya bahan jangan diangkat, dan tetap terletak rata dia tas meja.
 4.  Menggunting bahan dimulai pada bagian potongan pola yang besar tepat pada tepi  pola, kemudian lanjutkan dengan bagian potongan pola yang kecil (Radias Saleh dan Aisyah Jafar, 1991:74).   
5. Gunakan gunting yang tajam untuk memudahkan dalam pengguntingan  bahan  (M.H. Wancik, 1995:90).
e.   Memindahkan tanda-tanda pola
   Setelah bahan digunting, bentuk pola dipindahkan pada bahan dan tanda-tanda pola yang lainnya kadang-kadang juga  perlu dipindahkan.
Berikut ini adalah tanda-tanda pola yang akan dipindahkan pada bahan adalah 
1.  Garis pinggir (tepi) pola
2.  Garis bahu muka dan belakang
3.  Garis sisi badan muka dan belakang
4.  Garis lingkar kerung lengan
5.  Garis lipit pantas (kupnat)
6.  Garis tengah muka dan tengah belakang
7.  Garis lipatan bawah baju/blus, bawah rok, ujung lengan
8.  Tanda puncak lengan
9.  Batas pinggang, garis empire, garis princes kalau ada.
10. Batas kerutan kalau ada
11. Dan tanda-tanda khusus lainnya sesuai desain
Alat-alat yang digunakan untuk memberi tanda pada bahan adalah rader, karbon jahit, pensil kapur, Rader biasanya digunakan berpasangan dengan karbon jahit, rader ada  yang memakai gigi dan ada yang licin. Waktu pemakaian rader rodanya dapat dipergunakan dengan lancar dan tidak oleng dan hasilnya dapat memberikan bekas yang rapi, karbon jahit yang dipakai yaitu karbon jahit yang khusus untuk kain.  Warna karbon bermacam-macam ada berwarna putih, kuning, hijau, merah.  Jangan memakai karbon mesin tik karena karbon mesin tik tidak dapat hilang walaupun sudah dicuci.  Kapur jahit, berbentuk segitiga dengan warna putih, merah, kuning, biru, pensil jahit juga mempunyai isi kapur yang mempunyai warna yang beraneka ragam memilih warna kapur atau pensil kapur yang berbeda dengan warna kain. Pemilihan alat pemberi tanda ini disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diberi tanda (dipotong) seperti tenunan berat, tebal, tenunan tipis ataupun r ingan serta tembus pandang dan sebagainya. Berikut ini akan dijelaskan penggunaan dari masing-masing alat  pemberi tanda serta cara pemindahan tanda-tanda pola :
1.  Memindahkan tanda dengan rader dan karbon jahit. 
            Rader bergigi digunakan untuk kain yang berat dan tebal serta sedang dan rader yang licin (tanpa gigi) untuk bahan dengan tenunan tipis (ringan) sampai sedang. Sebaiknya sewaktu penggunaan rader meja kerja dialas dengan karton agar meja tidak rusak oleh tekanan rader. Pemakaian rader dikombinasikan dengan karbon jahit yang mana cara pemakaiannya adalah, bila bahan bagian baik keluar, karbon dilipat dua bagian yang memberi efek bekasnya diluar diletakkan diantara dua bahan atau bagian buruk  bahan, dan jika bagian baik kedalam karbon dilipat kedalam kemudian diapitkan pada bahan, lalu dirader pada batas kampuh atau garis kupnat dan sebagainya, jangan ditekan terlalu keras, cukup asal memberi bekas, bila sudah selesai dirader  barulah pola dilepas dari kain. bagian buruk bahan  berhadapan dan karbon jahit diletakkan diantaranya,  sehingga setelah ditekan dengan rader akan meninggalkan  bekas rader pada  kedua  bagian buruk bahan. Warna karbon dipilih yang dekat atau bertingkat dengan warna bahan agar tidak memberi bekas yang tajam. Janganlah memakai karbon tik, karena tidak hilang bila dicuci, tetapi gunakanlah karbon khusus untuk memberi tanda bahan pakaian(karbon jahit) 
2.  Menggunakan kapur jahit dan pensil kapur
Penggunaan kapur jahi t sebagai pemindahan tanda-tanda pola apabila tidak dapat diberi tanda dengan karbon, misalnya bahan tebal seperti wool, atau bila pembuatan pola langsung di atas bahan.  Pemakaian pensil kapur sama dengan kapur jahit  dan hasilnya penggunaan pensil kapur garisnya lebih halus dan lebih  rapi, bekas kapur jahit atau pun pensil kapur dapat hilang bila dicuci. 
3.  Memakai lilin jahit
Memberi tanda-tanda dengan lilin pada bagian dalam bahan pakaian, lilin jahit tidak hilang waktu dicuci dan atau diseterika, jadi usahakanlah dipakai bila perlu  saja, lilin jahit dapat diganti dengan sisa sabun mandi.  Lilin jahit juga ada  yang  putih dan ada juga berwarna.
4.  Memakai tusuk jelujur.
Tusuk jelujur digunakan untuk memberi tanda pada bahan yang halus, seperti sutra. Hal ini dilakukan agan bahan tetap bersih. Caranya adalah, pada garis pola dijahit dengan teknik jelujur, ketika menjahit dengan mesin, jahit jelujur inilah yang dipedomani.
Dari semua cara di atas yang banyak dipakai  untuk memberi tanda adalah menggunakan rader dengan karbon jahit dan kapur jahit, karena ini lebih praktis dan tidak terlalu banyak noda asal sesuai dengan cara pemakaian yang benar.   Jika menggunakan kapur jahit terlalu kuat atau kasar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisa Desain Bolero atau Rompi

tanda-tanda pola busana

Pola sistem soen